Pada masa krisis ekonomi pada saat ini, dunia usaha tampak cukup goncang dengan perubahan yang cukup drastis dari nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Tampaknya usaha-usaha kecil, menengah, agribisnis yang lebih tahan terhadap perubahan ini. Melihat potensi yang ada pada usaha kecil & menengah untuk dapat survive dalam krisis moneter ini, tampaknya ada beberapa usaha utk membantu bidang usaha tersebut utk lebih effisien lagi dibantu dengan Teknologi Informasi.
Upaya dari seluruh pihak sangat diperlukan dalam pengembangan dan percepatan kemajuan UKM Salah satu peran yang penting adalah dari pemerintah. Kemampuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini. Peran strategis dan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan membina UKM menjadi salah satu pemeran utama perkembangan ekonomi nasional dan tidak dipinggirkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Keberhasilan dalam perbaikan kemampuan dari UKM, berarti memperkuat dunia usaha yang menyumbang pemulihan ekonomi nasional, sekaligus pada saat yang sama menyediakan dorongan yang nyata untuk pelaksanaan otonomi daerah.
Salah satu solusi atau upaya yang harus menjadi fokus perhatian kita semua pada masa sekarang ini adalah dengan pelatihan. Pelatihan bagi UKM bisa berupa aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi, pengetahuan dan teknologi informasi. Bentuk pelatihan yang sekarang ini diperlukan oleh UKM adalah Knowledge Management, yaitu suatu proses pembelajaran organisasi bagaimana manusia dapat mengumpulkan aset pengetahuan (knowledge asset) dan menggunakannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Perlu dilakukan beberapa upaya untuk mendukung dan mendorong kemajuan UKM, terutama dalam pemanfaatan Knowledge Management, yaitu dengan meningkatkan sumber daya masyarakat (SDM) agar secara intelektual siap dan mampu bersaing, dan mengefektivkan sumber daya alam (SDA) dan SDM sehingga mampu dan memiliki daya saing. Salah satu unsur yang sangat mendukung terhadap kualitas knowledge management adalah pemanfaatan teknologi informasi di perusahaan secara optimal.
Kendala dalam program ini adalah dari berbagai studi yang telah dilakukan menemukan bahwa salah satu kendala yang serius dihadapi oleh UKM dalam bidang produksi tersebut adalah rendahnya kualitas SDM-nya. Latar belakang pendidikan pengusaha pada umumnya masih rendah, sehingga sulit memahami atau menguasai teknologi yang diperlukan dan sulit menerima/beradaptasi dengan proses pembaharuan akibat perkembangan iptek yang sangat cepat. Hal ini memerlukan usaha yang lebih dari semua pihak, terutama pemerintah untuk mengubah hambatan dan kelemahan menjadi kekuatan yang bisa memanfaatkan peluang untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Rabu, 05 September 2007
Pendahuluan
Memasuki masa reformasi yang antara lain ditandai dengan perkembangan ekonomi yang mengarah pada persaingan global yang semakin tajam dan juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kemampuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id).
Keinginan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pemulihan ekonomi, berhubungan erat dengan usaha untuk mewujudkan bangsa yang beradab, adil dan makmur. Seperti yang tercantum dalam (http://dinaskukm.jakarta.go.id/tentang_dinas.php), bahwa peran strategis dan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan membina UKM menjadi salah satu pemeran utama perkembangan ekonomi nasional dan tidak dipinggirkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Keberhasilan dalam perbaikan kemampuan dari UKM, berarti memperkuat dunia usaha yang menyumbang pemulihan ekonomi nasional, sekaligus pada saat yang sama menyediakan dorongan yang nyata untuk pelaksanaan otonomi daerah.
Menyadari akan persaingan global yang semakin ketat dan berat, maka menurut Bambang Setiarso, dalam (http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/bse-kmitb.pdf) berpendapat perlu perubahan paradigma dari semula mengandalkan pada resources-based competitiveness menjadi knowledgebased competitiveness dapat berwujud berupa teknik, metode, cara produksi, serta peralatan atau mesin yang dipergunakan dalam suatu proses produksi. Secara kongkrit, ,penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki empat (4) komponen penting, yakni perangkat teknis (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware).
Menurut Nonaka dan Takeuchi dalam (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id/) alasan fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan atau penciptaan pengetahuan pada organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan yang sinergik antara knowledge tacit dan explicit.
Dikutip dari Gauthama (1999), keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- perangkat manusia yakni penguasaan ilmu pengetahuan,keterampilan serta etos kerja,
- perangkat teknis antara lain mesin dan peralatan yang diciptakan/direncanakan untuk peningkatan nilai tambah atau produktivitas
- perangkat organisai yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan produktivitas, - perangkat informasi yang berkaitan dengan teknologi yang akan diterapkan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, diantaranya berperan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjai di negara kita sejak beberapa waktu lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut (Mohamad Jafar, 2004 dalam http://www.smecda.com).
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ditambahkan pula menurut Jafar bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan UKM di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penciptaan iklim usaha yang kondusif, bantuan permodalah, perlindungan usaha, pengembangan kemitraan, pelatihan, membentuk lembaga khusus, memantapkan asosiasi, mengembangkan promosi dan mengembangkan kerjasama yang setara. Salah satu solusi atau upaya yang harus menjadi fokus perhatian kita semua pada masa sekarang ini adalah dengan pelatihan. Pelatihan bagi UKM bisa berupa aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi, pengetahuan dan teknologi informasi.
Menurut Onno W. Purbo, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini antara lain ditandai perubahan perilaku dalam pencarian informasi (information seeking) yang berdampak bagi perusahaan. Peningkatan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan daya saing UKM tergantung pada keefektifan pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Adapun ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan dari knowledge perorangan yang harus dikelola agar menjadi knowledge perusahaan, yang akhirnya knowledge menjadi aset perusahaan UKM. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual, dan pendapat para pakar pada bidangnya, oleh karena itu suatu perusahaan UKM akan berkelanjutan apabila menggunakan informasi atau pengalaman tersebut guna terciptanya kompetensi UKM.
Sebuah organisasi, perusahaan, atau masyarakat, atau bahkan sebuah negara dan bangsa, dapat bekerjasama jika memiliki pengetahuan bersama yang tertanam di benak masing-masing anggotanya dan terwujud dalam praktek-pratek yang melibatkan semua anggotanya. Tanpa pengetahuan bersama itu, tidak akan ada pengetahuan sama sekali yang dimiliki siapapun diantara mereka. Jika yang terakhir ini terjadi, maka yang tampak adalah kebodohan belaka, walaupun masing-masing orang mungkin mengklaim bahwa diri mereka berpengetahuan.
Keinginan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pemulihan ekonomi, berhubungan erat dengan usaha untuk mewujudkan bangsa yang beradab, adil dan makmur. Seperti yang tercantum dalam (http://dinaskukm.jakarta.go.id/tentang_dinas.php), bahwa peran strategis dan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan membina UKM menjadi salah satu pemeran utama perkembangan ekonomi nasional dan tidak dipinggirkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Keberhasilan dalam perbaikan kemampuan dari UKM, berarti memperkuat dunia usaha yang menyumbang pemulihan ekonomi nasional, sekaligus pada saat yang sama menyediakan dorongan yang nyata untuk pelaksanaan otonomi daerah.
Menyadari akan persaingan global yang semakin ketat dan berat, maka menurut Bambang Setiarso, dalam (http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/bse-kmitb.pdf) berpendapat perlu perubahan paradigma dari semula mengandalkan pada resources-based competitiveness menjadi knowledgebased competitiveness dapat berwujud berupa teknik, metode, cara produksi, serta peralatan atau mesin yang dipergunakan dalam suatu proses produksi. Secara kongkrit, ,penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki empat (4) komponen penting, yakni perangkat teknis (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware).
Menurut Nonaka dan Takeuchi dalam (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id/) alasan fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan atau penciptaan pengetahuan pada organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan yang sinergik antara knowledge tacit dan explicit.
Dikutip dari Gauthama (1999), keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- perangkat manusia yakni penguasaan ilmu pengetahuan,keterampilan serta etos kerja,
- perangkat teknis antara lain mesin dan peralatan yang diciptakan/direncanakan untuk peningkatan nilai tambah atau produktivitas
- perangkat organisai yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan produktivitas, - perangkat informasi yang berkaitan dengan teknologi yang akan diterapkan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, diantaranya berperan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjai di negara kita sejak beberapa waktu lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut (Mohamad Jafar, 2004 dalam http://www.smecda.com).
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ditambahkan pula menurut Jafar bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan UKM di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penciptaan iklim usaha yang kondusif, bantuan permodalah, perlindungan usaha, pengembangan kemitraan, pelatihan, membentuk lembaga khusus, memantapkan asosiasi, mengembangkan promosi dan mengembangkan kerjasama yang setara. Salah satu solusi atau upaya yang harus menjadi fokus perhatian kita semua pada masa sekarang ini adalah dengan pelatihan. Pelatihan bagi UKM bisa berupa aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi, pengetahuan dan teknologi informasi.
Menurut Onno W. Purbo, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini antara lain ditandai perubahan perilaku dalam pencarian informasi (information seeking) yang berdampak bagi perusahaan. Peningkatan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan daya saing UKM tergantung pada keefektifan pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Adapun ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan dari knowledge perorangan yang harus dikelola agar menjadi knowledge perusahaan, yang akhirnya knowledge menjadi aset perusahaan UKM. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual, dan pendapat para pakar pada bidangnya, oleh karena itu suatu perusahaan UKM akan berkelanjutan apabila menggunakan informasi atau pengalaman tersebut guna terciptanya kompetensi UKM.
Sebuah organisasi, perusahaan, atau masyarakat, atau bahkan sebuah negara dan bangsa, dapat bekerjasama jika memiliki pengetahuan bersama yang tertanam di benak masing-masing anggotanya dan terwujud dalam praktek-pratek yang melibatkan semua anggotanya. Tanpa pengetahuan bersama itu, tidak akan ada pengetahuan sama sekali yang dimiliki siapapun diantara mereka. Jika yang terakhir ini terjadi, maka yang tampak adalah kebodohan belaka, walaupun masing-masing orang mungkin mengklaim bahwa diri mereka berpengetahuan.
Definisi UKM
Berdasarkan UU No. 10/1995 dalam (http://www.ekon.go.id/v2/content/view/257/25/) tentang Usaha Kecil, yaitu (i) Suatu badan usaha milik warga negara Indonesia baik perorangan, tidak berbadan hukum maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan sebanyak-banyaknya Rp. 200 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar; (ii) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
Sesungguhnya telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan keberdayaan usaha berskala kecil dan menengah (UKM) di berbagai daerah. Pemerintah bahkan telah berkali-kali mengeluarkan berbagai paket kebijakan dan program bantuan bantuan untuk memfasilitasi pengembangan UKM. Namun, fakta di lapangan menunjukan bahwa perkembangan UKM ternyata masih tersendat – sendat. Bahkan, tak sedikit sektor industri kecil yang collaps karena tak kuat bersaing dengan pelaku ekonomi lain yang telah mapan. Atau, mereka rugi akibat berbagai kebijakan industrial yang condong menguntungkan industri berskala besar.
Masih merebaknya berbagai praktik monopoli dan proteksi impor, misalnya, sering mengakibatkan UKM tidak mampu berkembang secara baik. Dalam banyak kesempatan, UKM terkadang hanya beroperasi secara subsisten. Selain itu, sering ditemui usaha berskala kecil terancam gulung tikar karena kehabisan modal. Juga karena teknologi pendukung yang tidak dimiliki dan dikuasai, kualitas produksi yang rendah, tidak ada standarisasi serta terbatasnya pemasaran dan kemampuan finansial (http://www.diskopjatim.go.id).
Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi tahun 2001, Ir. M. Hatta Rajasa dalam Lokakarya Kebijakan Pengembangan UKM, peran UKM dalam pembangunan perekonomian sangat besar. Keberadaan UKM/IKM yang tersebar merata di daerah-daerah (2,7 juta atau 99,8% dari total industri nasional) merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing UKM/IKM diyakini pentingnya peran teknologi, yang sudah diketahui sejak lama. Perubahan atau pengembangan teknologi yang bersifat tacit dan cumulative, spesifik sektoral dan path-dependent diakui sebagai pendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi. Perubahan tingkat kemampuan teknologi tidak berlangsung otomatis tapi melalui proses pembelajaran yang berkesinambungan, sementara polanya bergantung pada sektor industri dan memiliki technological trajectory yang khas pula. UKM pada umumnya tidak melakukan investasi (dana, SDM, waktu) untuk kegiatan inovasi dan litbang, sehingga peran dan konstelasi kelembagaan yang mampu memfasilitasi proses pembelajaran teknologi tersebut menjadi sangat penting dalam suatu sistem industri di daerah tertentu.
Sesungguhnya telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan keberdayaan usaha berskala kecil dan menengah (UKM) di berbagai daerah. Pemerintah bahkan telah berkali-kali mengeluarkan berbagai paket kebijakan dan program bantuan bantuan untuk memfasilitasi pengembangan UKM. Namun, fakta di lapangan menunjukan bahwa perkembangan UKM ternyata masih tersendat – sendat. Bahkan, tak sedikit sektor industri kecil yang collaps karena tak kuat bersaing dengan pelaku ekonomi lain yang telah mapan. Atau, mereka rugi akibat berbagai kebijakan industrial yang condong menguntungkan industri berskala besar.
Masih merebaknya berbagai praktik monopoli dan proteksi impor, misalnya, sering mengakibatkan UKM tidak mampu berkembang secara baik. Dalam banyak kesempatan, UKM terkadang hanya beroperasi secara subsisten. Selain itu, sering ditemui usaha berskala kecil terancam gulung tikar karena kehabisan modal. Juga karena teknologi pendukung yang tidak dimiliki dan dikuasai, kualitas produksi yang rendah, tidak ada standarisasi serta terbatasnya pemasaran dan kemampuan finansial (http://www.diskopjatim.go.id).
Menurut Menteri Negara Riset dan Teknologi tahun 2001, Ir. M. Hatta Rajasa dalam Lokakarya Kebijakan Pengembangan UKM, peran UKM dalam pembangunan perekonomian sangat besar. Keberadaan UKM/IKM yang tersebar merata di daerah-daerah (2,7 juta atau 99,8% dari total industri nasional) merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis kerakyatan. Dalam upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing UKM/IKM diyakini pentingnya peran teknologi, yang sudah diketahui sejak lama. Perubahan atau pengembangan teknologi yang bersifat tacit dan cumulative, spesifik sektoral dan path-dependent diakui sebagai pendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi. Perubahan tingkat kemampuan teknologi tidak berlangsung otomatis tapi melalui proses pembelajaran yang berkesinambungan, sementara polanya bergantung pada sektor industri dan memiliki technological trajectory yang khas pula. UKM pada umumnya tidak melakukan investasi (dana, SDM, waktu) untuk kegiatan inovasi dan litbang, sehingga peran dan konstelasi kelembagaan yang mampu memfasilitasi proses pembelajaran teknologi tersebut menjadi sangat penting dalam suatu sistem industri di daerah tertentu.
Definisi Knowledge Management
Knowledge Management (pengelolaan pengetahuan) adalah bagaimana manusia dapat mengumpulkan aset pengetahuan (knowledge asset) dan menggunakannya untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Sementara menurut pakar internet Dr. Onno W. Purbo filosofi mendasar knowledge management adalah knowledge is power, share it and it will multiply. Melalui cara berpikir semacam ini diyakini bahwa Internet akan berperan besar dalam membuat masyarakat menjadi pintar. Hal inilah yang merupakan dasar bagi timbulnya masyarakat berbasis pengetahuan (http://www.stieperbanas.ac.id/pusatkajian/ebusiness/index.php).
Menurut situs http://intervisi.relawan.net/wmview.php?ArtID=16, knowledge management merupakan sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan, dan menyebarkan knowledge dalam organisasi. Sehingga, knowledge mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya.
Knowledge Management mengelola seluruh elemen sistem berupa dokumen, basis data, kebijakan, dan prosedur lengkap, beserta informasi tentang pengalaman, keahlian, dan kecakapan sumber daya manusia secara individu maupun kolektif, yang dimiliki organisasi dengan bantuan teknologi informasi
Alvin Toffler dalam (http://www.mabesad.mil.id/artikel/artikel2/310504manajemen_pengetahuan. htm) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi.
Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar. Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira, tanpa memandang waktu dan tempat. Hal ini mendorong berkembangnya konsep organisasi belajar (learning organization) yang menyatukan antara proses belajar dan bekerja. Di sisi lain pengetahuan yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan, ditransfer, dan diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan manajemen-pengetahuan atau knowledge management (KM).Suatu organisasi agar dapat mencapai visi dan misinya harus mengelola pengetahuan yang dimilikinya dengan baik agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain. Salah satu cara tersebut adalah dengan menerapkan manajemen-pengetahuan atau KM. Pengertian KM Sebelum memahami konsep manajemen pengetahuan ini ada beberapa istilah yang harus dipahami yaitu : data, informasi, pengetahuan, jenis pengetahuan, dan manajemen pengetahuan itu sendiri. Di samping itu perlu pula memahami proses pembentukan pengetahuan dari data, informasi, kemudian menjadi pengetahuan.
Jadi Knowledge Management secara luas diartikan sebagai “ pengelola atau manajemen dari knowledge organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan membangun daya saing”. Pengelolaan pengetahuan mampu untuk menciptakan, mengkomunikaskan dan mengaplikasikan pengetahuan ke segala macam kegiatan bisnis untuk pencapaian tujuan bisnis.
Berdasarkan pendapat Vivi Irmayanti dalam (http://www.ebizzasia.com/0111-2003/q&a,0111.htm) dasar pemikiran yang melatarbelakangi dikembangkannya konsep ini bersumber dari disadarinya bahwa data dan informasi merupakan sumber daya penting kelima (setelah money, materials, methods/machines, dan men) yang harus dikelola sungguh-sungguh oleh organisasi semacam perusahaan di era new economy saat ini. Prinsip tersebut lahir dari teori yang memperlihatkan bahwa data dan informasi merupakan sumber dasar atau bahan baku dari knowledge atau pengetahuan – yang merupakan salah satu kunci keunggulan kompetitif sebuah perusahaan di era moderen.
Davenport dan Prusak dalam (http://www.smecda.com) memberikan metode mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: comparation, consequences, connections, dan conversation. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi. Pengetahuan diperoleh melalui media yang terstuktur seperti: buku dan dokumen, hubungan orang-ke-orang yang berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah.
Menurut situs http://intervisi.relawan.net/wmview.php?ArtID=16, knowledge management merupakan sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan, dan menyebarkan knowledge dalam organisasi. Sehingga, knowledge mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya.
Knowledge Management mengelola seluruh elemen sistem berupa dokumen, basis data, kebijakan, dan prosedur lengkap, beserta informasi tentang pengalaman, keahlian, dan kecakapan sumber daya manusia secara individu maupun kolektif, yang dimiliki organisasi dengan bantuan teknologi informasi
Alvin Toffler dalam (http://www.mabesad.mil.id/artikel/artikel2/310504manajemen_pengetahuan. htm) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine (mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran, pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi.
Dalam lingkungan yang sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar. Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangatlah berbeda dengan belajar di masa lalu. Saat ini kita dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat, mudah dan gembira, tanpa memandang waktu dan tempat. Hal ini mendorong berkembangnya konsep organisasi belajar (learning organization) yang menyatukan antara proses belajar dan bekerja. Di sisi lain pengetahuan yang melekat pada anggota suatu organisasi juga perlu diuji, dimutahirkan, ditransfer, dan diakumulasikan, agar tetap memiliki nilai. Hal ini menyebabkan para pakar manajemen mencari pendekatan untuk mengelola pengetahuan yang sekarang dikenal dengan manajemen-pengetahuan atau knowledge management (KM).Suatu organisasi agar dapat mencapai visi dan misinya harus mengelola pengetahuan yang dimilikinya dengan baik agar dapat bersaing dengan organisasi yang lain. Salah satu cara tersebut adalah dengan menerapkan manajemen-pengetahuan atau KM. Pengertian KM Sebelum memahami konsep manajemen pengetahuan ini ada beberapa istilah yang harus dipahami yaitu : data, informasi, pengetahuan, jenis pengetahuan, dan manajemen pengetahuan itu sendiri. Di samping itu perlu pula memahami proses pembentukan pengetahuan dari data, informasi, kemudian menjadi pengetahuan.
Jadi Knowledge Management secara luas diartikan sebagai “ pengelola atau manajemen dari knowledge organisasi untuk menciptakan nilai bisnis dan membangun daya saing”. Pengelolaan pengetahuan mampu untuk menciptakan, mengkomunikaskan dan mengaplikasikan pengetahuan ke segala macam kegiatan bisnis untuk pencapaian tujuan bisnis.
Berdasarkan pendapat Vivi Irmayanti dalam (http://www.ebizzasia.com/0111-2003/q&a,0111.htm) dasar pemikiran yang melatarbelakangi dikembangkannya konsep ini bersumber dari disadarinya bahwa data dan informasi merupakan sumber daya penting kelima (setelah money, materials, methods/machines, dan men) yang harus dikelola sungguh-sungguh oleh organisasi semacam perusahaan di era new economy saat ini. Prinsip tersebut lahir dari teori yang memperlihatkan bahwa data dan informasi merupakan sumber dasar atau bahan baku dari knowledge atau pengetahuan – yang merupakan salah satu kunci keunggulan kompetitif sebuah perusahaan di era moderen.
Davenport dan Prusak dalam (http://www.smecda.com) memberikan metode mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: comparation, consequences, connections, dan conversation. Dalam organisasi, pengetahuan diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai pengetahuan, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi. Pengetahuan diperoleh melalui media yang terstuktur seperti: buku dan dokumen, hubungan orang-ke-orang yang berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah.
Contoh Penerapan Knowledge Management di Perusahaan
Banyak perusahaan baik di Indonesia maupun luar negeri yang sudah menerapkan knowledge management untuk meningkatkan persaingan bisnis. Unilever Indonesia menjadi organisasi pertama asal Indonesia yang menjadi pemenang Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Asia. Kriteria yang dimenangkan Unilever masing-masing adalah 'Menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif', dan 'Menciptakan organisasi pembelajar'.
Penghargaan tersebut diumumkan di Seoul, 12 Oktober 2005 dalam acara Worl Knowledge Forum. Unilever Indonesia, secara mengejutkan menjadi salah satu dari 14 pemenang MAKE tingkat Asia di tahun ini. Studi MAKE dilaksanakan untuk pertama kalinya di Tanah Air pada tahun 2005. Disusul, pada Juni lalu, Dunamis Organization Services selaku panitia mengumumkan delapan pemenangnya.
Studi MAKE merupakan ajang untuk mengukur komitmen dan kematangan organisasi dalam knowledge management. Studi ini bermanfaat bagi organisasi-organisasi yang ingin mengetahui tingkat kesuksesan mereka dalam hal knowledge strategy jika dibandingkan dengan para pesaing atau perusahaan-perusahaan dunia yang knowledge-driven.
MAKE diharapkan akan mampu mendorong para pemimpin organisasi bisnis dan organisasi nirlaba dalam hal menciptakan intellectual capital dan kekayaan pemegang saham atau kemaslahatan pihak-pihak berkepentingan (stakeholder).
Dimensi penilaian adalah menciptakan budaya perusahaan yang didorong oleh pengetahuan, mengembangkan knowledge workers melalui kepemimpinan manajemen senior, dan menyajikan produk atau jasa atau solusi berbasis pengetahuan. Selain itu, memaksimalkan modal intelektualitas perusahaan, menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif, dan menciptakan suatu organisasi pembelajar (http://www.republika.co.id)
Penghargaan tersebut diumumkan di Seoul, 12 Oktober 2005 dalam acara Worl Knowledge Forum. Unilever Indonesia, secara mengejutkan menjadi salah satu dari 14 pemenang MAKE tingkat Asia di tahun ini. Studi MAKE dilaksanakan untuk pertama kalinya di Tanah Air pada tahun 2005. Disusul, pada Juni lalu, Dunamis Organization Services selaku panitia mengumumkan delapan pemenangnya.
Studi MAKE merupakan ajang untuk mengukur komitmen dan kematangan organisasi dalam knowledge management. Studi ini bermanfaat bagi organisasi-organisasi yang ingin mengetahui tingkat kesuksesan mereka dalam hal knowledge strategy jika dibandingkan dengan para pesaing atau perusahaan-perusahaan dunia yang knowledge-driven.
MAKE diharapkan akan mampu mendorong para pemimpin organisasi bisnis dan organisasi nirlaba dalam hal menciptakan intellectual capital dan kekayaan pemegang saham atau kemaslahatan pihak-pihak berkepentingan (stakeholder).
Dimensi penilaian adalah menciptakan budaya perusahaan yang didorong oleh pengetahuan, mengembangkan knowledge workers melalui kepemimpinan manajemen senior, dan menyajikan produk atau jasa atau solusi berbasis pengetahuan. Selain itu, memaksimalkan modal intelektualitas perusahaan, menciptakan lingkungan untuk berbagi pengetahuan secara kolaboratif, dan menciptakan suatu organisasi pembelajar (http://www.republika.co.id)
Kemampuan UKM Dalam Penerapan Knowledge Management
Menurut situs http://batampos.co.id, perlu dilakukan beberapa upaya untuk mendukung dan mendorong kemajuan UKM, terutama dalam pemanfaatan Knowledge Management, yaitu dengan meningkatkan sumber daya masyarakat (SDM) agar secara intelektual siap dan mampu bersaing, dan mengefektivkan sumber daya alam (SDA) dan SDM sehingga mampu dan memiliki daya saing. Salah satu unsur yang sangat mendukung terhadap kualitas knowledge management adalah pemanfaatan teknologi informasi di perusahaan secara optimal.
Menurut Ina Primiana dalam http://perpustakaan.bappenas.go.id, alokasi anggaran untuk usaha kecil dan menengah cukup besar dari total anggaran pendapatan dan belanja daerah di setiap daerah. Banyak program untuk memberdayakan UKM sejak hampir 20 tahun lalu, meskipun hasilnya belum menggembirakan. Perlu dicari format baru yang berbeda dari sebelumnya agar UKM tidak stagnan. Kemampuan sebuah perusahaan UKM dalam penyerapan/penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikaitkan dengan tingkat perkembangan dari keempat komponen teknologi tersebut di dalam perusahaan tersebut.
Seperti yang dapat dikutip dari Gauthama, 1999 dalam http://www.smecda.com, keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
§ perangkat manusia (SDM), yakni penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku serta etos kerja;
§ perangkat teknis antara lain mesin dan peralatan yang diciptakan/direncanakan untuk peningkatan nilai tambah atau produktivitas;
§ perangkat organisasi yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan produktivitas terhadap organisasi ;
§ perangkat informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi yang diterapkan, antara lain yang menyangkut data dasar (database), yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dan sasaran pemanfaatan pengetahuan dan teknologi.
Untuk peningkatan teknologi informasi, UKM perlu memanfaatkan ICT untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengingat di era globalisasi ini arena persaingan menjadi sangat kompetitif, dan bersifat global/ mendunia, usaha kecil dan menengah (UKM) harus mampu bersaing di tengah persaingan ini,untuk itu diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Agar dapat bertahan di era persaingan ini, usaha kecil dan menengah (UKM) perlu memikirkan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan untuk mendapatkan peluang ekspor dan juga peluang bisnis lainnya. Salah satu strateginya adalah menggunakan Information and Communication Technology (ICT), karena pemanfaatan ICT bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis.
Menurut Ina Primiana dalam http://perpustakaan.bappenas.go.id, alokasi anggaran untuk usaha kecil dan menengah cukup besar dari total anggaran pendapatan dan belanja daerah di setiap daerah. Banyak program untuk memberdayakan UKM sejak hampir 20 tahun lalu, meskipun hasilnya belum menggembirakan. Perlu dicari format baru yang berbeda dari sebelumnya agar UKM tidak stagnan. Kemampuan sebuah perusahaan UKM dalam penyerapan/penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikaitkan dengan tingkat perkembangan dari keempat komponen teknologi tersebut di dalam perusahaan tersebut.
Seperti yang dapat dikutip dari Gauthama, 1999 dalam http://www.smecda.com, keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
§ perangkat manusia (SDM), yakni penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, perilaku serta etos kerja;
§ perangkat teknis antara lain mesin dan peralatan yang diciptakan/direncanakan untuk peningkatan nilai tambah atau produktivitas;
§ perangkat organisasi yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan produktivitas terhadap organisasi ;
§ perangkat informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi yang diterapkan, antara lain yang menyangkut data dasar (database), yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan dan sasaran pemanfaatan pengetahuan dan teknologi.
Untuk peningkatan teknologi informasi, UKM perlu memanfaatkan ICT untuk meningkatkan daya saing perusahaan, mengingat di era globalisasi ini arena persaingan menjadi sangat kompetitif, dan bersifat global/ mendunia, usaha kecil dan menengah (UKM) harus mampu bersaing di tengah persaingan ini,untuk itu diperlukan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Agar dapat bertahan di era persaingan ini, usaha kecil dan menengah (UKM) perlu memikirkan strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan untuk mendapatkan peluang ekspor dan juga peluang bisnis lainnya. Salah satu strateginya adalah menggunakan Information and Communication Technology (ICT), karena pemanfaatan ICT bagi usaha kecil dan menengah (UKM) dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan peluang ekspor dan peluang bisnis.
Permasalahan Dalam Pengelolaan Knowledge Management
Salah satu penyebab kinerja UKM di Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan kinerja UKM di negara-negara maju adalah masih rendahnya pengembangan atau penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh UKM di Indonesia. Padahal di era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia, iptek bersama dengan SDM merupakan dua faktor dominan dalam menentukan tingkat daya saing dari suatu produk atau perusahaan.UKM yang bisa survive baik di pasar domestik dan global adalah UKM yang efisien dan menghasilkan prduk-produk berkualitas tinggi tersebut (Mohamad Jafar, 2004 dalam http://www.smecda.com). SDM dan Iptek merupakan dua komponen yang tidak bisa dipisahkan, dimana SDM sangat dibutuhkan untuk pengembangan pengetahuan atau penyerapan teknologi artinya agar UKM bisa mengembangkan teknologi sendiri dalam hal harus ada keterampilan dan kemampuan tenaga kerja dan pengusaha UKM untuk menyerap pengetahuan dan teknologi.
Menurut catatan dari Deperindag permasalahan dalam penerapan/pengembangan iptek di UKM dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni masalah-masalah internal (yang dapat dipengaruhi oleh pengusaha) dan masalah-masalah eksternal bagi pengusaha adalah given).
Masalah-masalah internal antara lain adalah : 1) kesadaran dan kemauan pengusaha untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di perusahaan masih sangat terbatas, 2) keterbatasan modal untuk melakukan perbaikan/peningkatan teknologi, 3)kurangnya kemampuan pengusaha untuk memanfaatkan peluang usaha, 4) lemahnya akses dan terbatasnya informasi tentang sumber teknologi dan pengetahuan tertentu.
Sedangkan masalah-masalah eksternal adalah sebagai berikut: 1) sebagian besar hasil litbang yang ada hingga saat ini bukan yang diperlukan oleh UKM, 2) proses alih teknologi kepada UKM belum optimal, antara lain keterbatasan tenaga pendamping di lapangan, 3) publikasi hasil-hasil litbang masih terbatas dan penyebarannya belum menjangkau UKM di seluruh wilayah, 4) skim pembiayaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pembelian mesinmesin baru untuk UKM masih terbatas misalnya sistem leasing dan sewa beli mesin/peralatan di satu pihak masih terbatas, dan dipihak lain belum banyak dimanfaatkan oleh UKM karena tidak kompetitif.
Menurut catatan dari Deperindag permasalahan dalam penerapan/pengembangan iptek di UKM dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yakni masalah-masalah internal (yang dapat dipengaruhi oleh pengusaha) dan masalah-masalah eksternal bagi pengusaha adalah given).
Masalah-masalah internal antara lain adalah : 1) kesadaran dan kemauan pengusaha untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di perusahaan masih sangat terbatas, 2) keterbatasan modal untuk melakukan perbaikan/peningkatan teknologi, 3)kurangnya kemampuan pengusaha untuk memanfaatkan peluang usaha, 4) lemahnya akses dan terbatasnya informasi tentang sumber teknologi dan pengetahuan tertentu.
Sedangkan masalah-masalah eksternal adalah sebagai berikut: 1) sebagian besar hasil litbang yang ada hingga saat ini bukan yang diperlukan oleh UKM, 2) proses alih teknologi kepada UKM belum optimal, antara lain keterbatasan tenaga pendamping di lapangan, 3) publikasi hasil-hasil litbang masih terbatas dan penyebarannya belum menjangkau UKM di seluruh wilayah, 4) skim pembiayaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pembelian mesinmesin baru untuk UKM masih terbatas misalnya sistem leasing dan sewa beli mesin/peralatan di satu pihak masih terbatas, dan dipihak lain belum banyak dimanfaatkan oleh UKM karena tidak kompetitif.
Kesimpulan
Menurut Nonaka dan Takeuchi perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena mereka memahami bahwa knowledge merupakan sumber inovasi yang mendukung daya saing, dimana knowledge ini harus dikelola (managed), karena harus direncanakan dan dimplementasikan. Hal yang harus diperhatikan UKM dalam mengelola pengetahuan yaitu Pertama, organisasi menginterpretasikan informasi tentang lingkungan untuk mendapatkan arti tentang apa yang terjadi dan apa yang dikerjakan perusahaan tersebut. Kedua, mereka menciptakan knowledge baru dengan mengkonversikan dan mengkombinasikan kepakaran dan pengetahuan (know-how) dari anggotanya agar dapat belajar dan berinovasi. Ketiga, mereka memproses dan menganalisis informasi untuk memilih dan commit melakukan kegiatan yang sesuai dengan tindakannya.
Model yang diharapkan terbentuk adalah integrasi dari sense making, knowledge creating dan decision making yang membentuk knowing organization. Knowing organization ini sangat efektif karena secara terus menerus mengikuti perubahan lingkungan, dan menyegarkan aset dan kegiatan pemrosesan informasi untuk pengambilan keputusan. Jadi implementasi KM dalam organisasi adalah menciptakan knowledge cycle yang dapat mentransformasikan tacit knowledge ke explicit knowledge, explicit ke explicit knowledge, dan explicit ke tacit knowledge, tacit ke tacit knowledge dan seterusnya, yang dapat diterapkan oleh individu untuk menyelesiakan masalah-masalah dalam perusahaan.
UKM berupaya untuk mencapai knowing organization yang dapat menimbulkan inovasi, sehingga perusahaan UKM dapat mengambil keputusan (decision making) untuk menentukan strategi yang efektif bagi produk inovasi tersebut agar berdaya saing
Model yang diharapkan terbentuk adalah integrasi dari sense making, knowledge creating dan decision making yang membentuk knowing organization. Knowing organization ini sangat efektif karena secara terus menerus mengikuti perubahan lingkungan, dan menyegarkan aset dan kegiatan pemrosesan informasi untuk pengambilan keputusan. Jadi implementasi KM dalam organisasi adalah menciptakan knowledge cycle yang dapat mentransformasikan tacit knowledge ke explicit knowledge, explicit ke explicit knowledge, dan explicit ke tacit knowledge, tacit ke tacit knowledge dan seterusnya, yang dapat diterapkan oleh individu untuk menyelesiakan masalah-masalah dalam perusahaan.
UKM berupaya untuk mencapai knowing organization yang dapat menimbulkan inovasi, sehingga perusahaan UKM dapat mengambil keputusan (decision making) untuk menentukan strategi yang efektif bagi produk inovasi tersebut agar berdaya saing
Langganan:
Postingan (Atom)