Rabu, 05 September 2007

Pendahuluan

Memasuki masa reformasi yang antara lain ditandai dengan perkembangan ekonomi yang mengarah pada persaingan global yang semakin tajam dan juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kemampuan suatu negara di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor daya saing yang sangat penting dewasa ini (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id).
Keinginan untuk mengembangkan partisipasi masyarakat dalam pemulihan ekonomi, berhubungan erat dengan usaha untuk mewujudkan bangsa yang beradab, adil dan makmur. Seperti yang tercantum dalam (http://dinaskukm.jakarta.go.id/tentang_dinas.php), bahwa peran strategis dan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan membina UKM menjadi salah satu pemeran utama perkembangan ekonomi nasional dan tidak dipinggirkan oleh pelaku ekonomi yang lain. Keberhasilan dalam perbaikan kemampuan dari UKM, berarti memperkuat dunia usaha yang menyumbang pemulihan ekonomi nasional, sekaligus pada saat yang sama menyediakan dorongan yang nyata untuk pelaksanaan otonomi daerah.
Menyadari akan persaingan global yang semakin ketat dan berat, maka menurut Bambang Setiarso, dalam (http://www.ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2006/09/bse-kmitb.pdf) berpendapat perlu perubahan paradigma dari semula mengandalkan pada resources-based competitiveness menjadi knowledge­based competitiveness dapat berwujud berupa teknik, metode, cara produksi, serta peralatan atau mesin yang dipergunakan dalam suatu proses produksi. Secara kongkrit, ,penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki empat (4) komponen penting, yakni perangkat teknis (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware).
Menurut Nonaka dan Takeuchi dalam (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id/) alasan fundamental mengapa perusahaan di Jepang menjadi sukses karena keterampilan dan pengalaman mereka terdapat pengelolaan atau penciptaan pengetahuan pada organisasi. Penciptaan knowledge dicapai melalui pengenalan hubungan yang sinergik antara knowledge tacit dan explicit.
Dikutip dari Gauthama (1999), keempat komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- perangkat manusia yakni penguasaan ilmu pengetahuan,keterampilan serta etos kerja,
- perangkat teknis antara lain mesin dan peralatan yang diciptakan/direncanakan untuk peningkatan nilai tambah atau produktivitas
- perangkat organisai yang memungkinkan terjadinya peningkatan kinerja dan produktivitas, - perangkat informasi yang berkaitan dengan teknologi yang akan diterapkan.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, diantaranya berperan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjai di negara kita sejak beberapa waktu lalu, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut (Mohamad Jafar, 2004 dalam http://www.smecda.com).
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ditambahkan pula menurut Jafar bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan UKM di Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu penciptaan iklim usaha yang kondusif, bantuan permodalah, perlindungan usaha, pengembangan kemitraan, pelatihan, membentuk lembaga khusus, memantapkan asosiasi, mengembangkan promosi dan mengembangkan kerjasama yang setara. Salah satu solusi atau upaya yang harus menjadi fokus perhatian kita semua pada masa sekarang ini adalah dengan pelatihan. Pelatihan bagi UKM bisa berupa aspek kewiraswastaan, manajemen, adminis­trasi, pengetahuan dan teknologi informasi.
Menurut Onno W. Purbo, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini antara lain ditandai perubahan perilaku dalam pencarian informasi (information seeking) yang berdampak bagi perusahaan. Peningkatan pembangunan ekonomi untuk meningkatkan daya saing UKM tergantung pada keefektifan pengelolaan pengetahuan dan teknologi. Adapun ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan dari knowledge perorangan yang harus dikelola agar menjadi knowledge perusahaan, yang akhirnya knowledge menjadi aset perusahaan UKM. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual, dan pendapat para pakar pada bidangnya, oleh karena itu suatu perusahaan UKM akan berkelanjutan apabila menggunakan informasi atau pengalaman tersebut guna terciptanya kompetensi UKM.
Sebuah organisasi, perusahaan, atau masyarakat, atau bahkan sebuah negara dan bangsa, dapat bekerjasama jika memiliki pengetahuan bersama yang tertanam di benak masing-masing anggotanya dan terwujud dalam praktek-pratek yang melibatkan semua anggotanya. Tanpa pengetahuan bersama itu, tidak akan ada pengetahuan sama sekali yang dimiliki siapapun diantara mereka. Jika yang terakhir ini terjadi, maka yang tampak adalah kebodohan belaka, walaupun masing-masing orang mungkin mengklaim bahwa diri mereka berpengetahuan.

Tidak ada komentar: